Bengkayang- Seorang calon penumpang Sriwijaya Air SJ-182 asal Bengkayang yang dikira korban pesawat Jatuh SJ182, batal terbang karena tidak memiliki surat sweb PCR. Penumpang yang kenal dengan sapaan Dewi ini Asal Kabupaten Bengkayang kecamatan seluas.
Dewi adalah seorang ibu dari satu anak, yang merantau ikut suami di Ambon. Yang rencananya akan terbang dengan pesawat Sriwijaya sj182 setelah transit dari Ambon Ke Jakarta.
Menurut informasi yang diperoleh, Minggu (10/1/2021) Saudari Dewi batal naik pesawat karena tidak memiliki surat pcr sweb dan juga anaknya rewel.
Berikut kesaksiannya
"Sabtu, 9 Januari 2020 Jam 8 pagi adalah jadwal keberangkatan saya dari Ambon -Pontianak(batik air- 08- 9.30 wib. sriwijaya 11.40 -13.40)
Dengan mengunakan pesawat Batik Air untuk Tujuan Pontianak saya harus transit 1 kali di jakarta , perjalanan yang di tempuh adalah 3jam lewat 5 menit dari Ambon menuju Jakarta.
Tiba di Jakarta saya langsung ambil bagasi, disitu saya merasa benar-benar cape karena harus menunggu lama sambil saya gendong anak yang memang agak sedikit rewel saat itu.
Sebelum naik pesawat saya di panggil oleh petugas badara untuk laporan kalo bawa anak bayi, saya ditanya oleh petugas "tujuan ke mana?" Saya jawab ambon- pontianak. Kata mba nya kalo ke pontianak mesti sweb PCR tanpa itu tidak bisa masuk .karena wajib dari maskapai nya.
Setelah ambil barang dari bagasi anak saya rewel nangis terus ,di kasih susu nga mau,tidur nga mau.
Dalam hati saya mau langsung cek in kan tiket untuk berangkat ke pontianak, disisi lain saya juga mikir takutnya saya nga bisa pulang karena tidak ada surat sweb PCR.
Akhirnya saya memutuskan untuk tidak berangkat dan biarkan tiket saya hangus .
Sedikit pun saya tidak ada firasat apa-apa hanya anak saya nangis terus.
Dalam hati saya kenapa anak ini nangis begini ngak biasanya. Saya berusaha nenangin dia dengan memberi susu dan diajak bicara.
Sekitar jam 4 sore saya dalam perjalanan menuju rumah keluarga di Depok(Jakarta) Saya dapat telpon dari Bapak Jhon Paliama beliau adalah kelurga dari pihak suami kebetulan anak beliau Pilot di salah satu pesawat Lion Air.
Beliau bertanya dalam telpon " kamu di mana, kamu nga jdi berangkat ke pontianakkan?"
Saya jawab tidak jadi om.
Spontan bapak mengucap "Syukur puji Tuhan dewi itu nasib kamu ,untung kamu tidak pulang .Pesawat sriwijaya yang rencananya kamu naikin itu jatuh barusan hilang kontak."
Saya segera cek tiket saya.saya lihat beda sj.pesawat yang jatuh sj 182 sedangkan saya 186 tapi jam keberangkatan kurang lebih sama.
Karena penerbangan pertama itu jam yg sesuai dengan tiket saya .Dengar kabar itu saya langsung lemah rasanya badan saya tidak berdaya lagi. Ujar Dewi.
Dalam hati saya Tuhan Engkau masih sayang dengan saya dan anak saya.
Sudah 1 tahun saya belum ketemu suami dan orang tua saya di Kalimantan barat khususnya Kabupaten Bengkayang
Bahkan suami dan orangtua saya belum sempat lihat anak saya sekalipun.Tapi kuasa Tuhan luar biasa melalui anak saya .dan Tuhan mingijinkan kami untuk bertemu orang-orang yang saya cintai.Terima kasih Tuhan Yesus keajaiban mu Nyata bagiku." Ujarnya mengucap syukur.
Seperti diketahui, pesawat jet Boeing 737-500 Sriwijaya Air Penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh pada Sabtu (9/1/2020) pukul 14.30 WIB.
Pesawat dengan nomor penerbangan SJ-182 itu hilang kontak hanya empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng tujuan Bandara Supadio, Pontianak.
Pesawat tersebut seharusnya tiba di Bandara Supadio pada pukul 15.15 WIB, namun hilang kontak sekitar 11 mil laut arah utara Bandara Soekarno-Hatta, di atas Kepulauan Seribu.
Dikutip dari Flightradar24 dalam postingan di Twitter bahwa penerbangan # SJ182 menggunakan Boeing 737-500 “klasik” dengan nomor registrasi PK-CLC (MSN 27323).
Penerbangan pertama pesawat ini dilakukan pada Mei 1994 atau sudah berusia 26 tahun.(*)
No comments:
Post a Comment
Beri Pesan dan komentar yang bijak